. . : : WILUJENG SUMPING DI BLOG SIMKURING : : . .

EVAKUASI KORBAN, Para awak KRI Untung Suropati mengevakuasi mayat perempuan korban tenggelamnya KM Teratai Prima di Perairan Majene, Sulawesi Barat kemarin. Mayat tersebut belum diketahui identitasnya. Hingga tadi malam sudah 34 korban selamat dan satu korban tewas berhasil ditemukan.

PAREPARE(SINDO) – Sehari setelah tenggelamnya Kapal Motor (KM) Teratai Prima di Perairan Majene, Sulawesi Barat,Minggu (11/1) korban yang dipastikan selamat baru 34 orang. Sebanyak 215 korban lainnya masih belum ditemukan. Sementara, satu korban dipastikan tewas. Pencarian besar-besaran dilakukan tim Search and Rescue (SAR) gabungan termasuk TNI Angkatan Laut.

Namun, proses pencarian terkendala cuaca buruk di lokasi tenggelamnya kapal. Kemarin korban yang ditemukan selamat bertambah 16 orang dari sebelumnya 18 orang seperti dirilis Kantor Administratur Pelabuhan Minggu (11/1) pukul 23.30 Wita lalu.Pada pukul 10.30 Wita kemarin petugas memastikan keselamatan nyawa Najamuddin, 44, asal Samarinda, serta Yusuf, 38, asal Bone, dalam peristiwa nahas yang menenggelamkan 232 penumpang KM Teratai Prima.

Keduanya selamat setelah ditemukan oleh nelayan yang melintas di Perairan Majene, seusai melaut Minggu malam.Ketika ditemukan keduanya dalam kondisi lemah setelah mengapung di laut sekitar 10 jam. Pada pukul 11.30 Wita petugas kembali menyelamatkan Rusli, 18, asal Lemo Susu Pinrang, serta Suardi Join Yacobus,25,yang juga dari Pinrang. Mereka ditolong oleh nelayan yang melihat keduanya mengapung di sekitar Pantai Tanjung Baturoro, Majene.

Dari pantauan SINDO di Kantor Adpel Parepare kemarin, ratusan warga terus berdatangan ke kantor yang berlokasi di Pelabuhan Cappa Ujung itu untuk mendapatkan informasi mengenai nasib keluarganya. Dewasniati, salah seorang warga Talabangi Pinrang,mengaku mencari empat orang anggota keluarganya. Mereka adalah Syahrul,5; Jabal Nur,9; Syamsinar, 24; dan Salniah, 24.Keempatnya bertolak dari Parepare ke Samarinda.

Terkendala Cuaca

Kemarin pencarian korban hilang tenggelamnya KM Teratai Prima terganggu cuaca buruk di Perairan Polewali dan Majene.Kapal KAL Samolana milik TNI AL yang sedianya akan menuju Perairan Majene dini hari kemarin terpaksa menunda keberangkatan.Kapal yang berangkat dari Makassar itu terpaksa berlabuh di Parepare yang kondisi perairannya masih bersahabat.

”Cuacadilokasikapaltenggelam itu hujan,gelap,dan ditambah ombak yang mencapai empat meter. Dengan alasan itu kita memutuskan untuk menghentikan pencarian,” kata nakhoda Kapal KAL Samalona Letda Laut (P) Junaidi di Parepare kemarin. Pada pukul 13.00 kemarin, kapal tersebut kembali bergerak ke Majene.

Hanya berselang dua jam kemudian,kapal tersebut kembali menuju Pelabuhan Cappa Ujung karena cuaca masih buruk. Kapal milik Polair Polda Sulawesi Selatan Barat yang akan memberangkatkan tim SAR Penjaga Laut dan Pantai (KPLP) berjumlah 13 orang juga gagal diberangkatkan kemarin.

Menurut Kepala Seksi Kelaiklautan Kapal Kantor Adpel Parepare Taufik Bulu, cuaca yang sangat buruk di Perairan Polewali membuat pelayaran tidak memungkinkan. Selain dua kapal tersebut, pencarian korban tenggelamnya KM Teratai Prima juga diperkuat oleh tim SAR Polair yang bergerak dari Mapolair Polda Sulawesi Selatan Barat di Kecamatan Suppa Pinrang,menuju Majene melalui jalur darat kemarin.

Tim Marinir Lantamal VI Makassar juga tengah berusaha merapat ke lokasi kejadian di sekitar Tanjung Baturoro, Majene.KRI Untung Senopati dipastikan bergerak dari Makassar menuju perairan Majene kemarin pagi. Armada tersebut mengangkut sejumlah tim SAR,wartawan, sekoci, pelampung, dan obat-obatan untuk pertolongan pertama bagi korban yang ditemukan.

Cerita Nakhoda

Nakhoda KM Teratai Prima, Sabir,40,diperiksa secara intensif di Mapolwil Parepare sejak pukul 10.00 Wita kemarin. Selain Sabir, dua anak buah kapal (ABK) yang dirahasiakan namanya juga turut diperiksa. Berdasarkan rilis yang dikeluarkan Kantor Administrasi Pelabuhan Parepare pada Minggu pukul 11.30 Wita,ABK atas nama Ahmad, 40; Allang, 17; dan Oppa, 40, dinyatakan selamat.

Seperti diketahui, Sabir sempat melarikan diri ke Barru, berjarak sekitar 55 kilometer dari Parepare.”Petugas Polwiltabes Parepare berhasil menangkap Sabir dua jam setelah melarikan diri. Semua petugas langsung diperintahkan menutup semua jalur sehingga dia berhasil ditangkap diBarru,”kataRuslanNicolas.

Di sela pemeriksaan,Sabir sempatmenceritakankejadian nahasyangmenimpakapalnya. Kapal tersebut tenggelam hanya dalam waktu yang sangat singkat, hanya dalam tempo lima menit.”Yang mula-mula tenggelam adalah buritan,menyusuldekdepan. Kejadiannya hanya sekitar lima menit,”kata Sabir sambil menerawang.

Penyebab kapal tenggelam, lanjut Sabir, akibat empasan ombak yang ketinggiannya mencapai empat meter. Kondisi itu diperparah dengan adanya pusaran angin di perairan yang hanya berjarak sekitar 3 mil dari Pelabuhan Majene itu. Sebelum kapal tenggelam, dia mengaku masih sempat menyalakan alarm sebagai peringatan kepada penumpang.

Namun,karena kejadiannya berlangsung sangat cepat, hanya sedikit penumpang yang berhasil menyelamatkan diri. ”Komunikasi dengan pelabuhan selalu lancar. Bahkan ketika kapal itu sudah hendak tenggelam,saya sempat memberi tanda ke daratan bahwa kapal kami terancam bahaya,”kata Sabir yang juga mengaku pasrah bila harus ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus tenggelamnya KM Teratai Prima.

Di Jakarta,Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal mengungkapkan bahwa Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) sudah menyelidiki penyebab tenggelamnya KM Teratai Prima. Sementara ini KM Teratai Prima diduga tenggelam akibat gelombang tinggi yang menghantam lambung kiri kapal.

”Nakhoda yang selamat mengatakan gelombang tersebut terjadi akibat adanya angin puting beliung,” papar Menteri Jusman saat memberikan keterangan pers didampingi Ketua Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Sri Woro B Hardjono, Ketua KNKT Tatang Kurniadi, dan Ketua Badan SAR Nasional (Basarnas) Ida Bagus Sanubari di Jakarta kemarin.

Menteri juga meminta KNKT menekankan penyelidikan terkait alasan nakhoda tetap berlayar karena BMG dan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut telah mengeluarkan peringatan tentang bahaya melakukan pelayaran padakondisicuacayangburuk saatitu. Termasukdalampenekanan penyelidikan itu alasan syahbandar mengeluarkan surat persetujuan berlayar (SPB) kepada KM Teratai.

Dia menjelaskan, pada periode 10–11 Januari 2009 BMG telah mengeluarkan peringatan bahwa ketinggian gelombang di wilayah perairan Majene mencapai di atas 2,5 meter sehingga sangat berbahaya untuk perahu tongkang dan perahu nelayan. Peringatan itu diperkuat instruksi Direktorat Jenderal Perhubungan Laut untuk menghentikan aktivitas pelayaran hingga kondisi cuaca membaik.

Ketua BMG Sri Woro B Hardjono mengatakan cuaca buruk yang sangat berisiko terhadap aktivitas pelayaran di perairan tersebut diperkirakan akan berlangsung hingga 17 Januari mendatang. Lalu Ketua Basarnas Ida Bagus Sanubari mengatakan, kondisi cuaca menjadi kendala bagi Basarnas dalam proses pencarian dan penyelamatan.

Di satu sisi arus laut yang kuat arah Tenggara mengubah posisi bangkai KM Teratai Prima dari titik terakhir pantauan via udara. ”Posisi kapal sudah berubah karena arus laut cukup kuat, mencapai 56 knot.Apalagi kapal tenggelam di laut dalam yang kedalamannya mencapai 2.000 meter,”ujarnya. Kesulitan lain adalah tidak ditemukannya sinyal penentu posisi darurat dari perangkat emergency transmitter deacon KM Teratai.

Biasanya alat yang tergolong perangkat keselamatan itu bekerja secara otomatis ketika terendam air. Ada kemungkinan kondisi baterai pada alat tersebut tidak prima atau frekuensi sinyal berbeda sehingga sinyal yang terpancar tidak tertangkap satelit. Ketua KNKT Tatang Kurniadi menyatakan ada tiga faktor yang akan menjadi fokus penyelidikan KNKT, yaitu awak, kondisi kapal, serta kondisi cuaca. (m syahlan/arif dwi cahyono/ sofian dwi/rendra hanggara)

0 Comments:

Post a Comment