. . : : WILUJENG SUMPING DI BLOG SIMKURING : : . .

Kedutaan Besar Republik Indonesia masih terus menjalin kontak dengan Yayasan Bulan Sabit di Palestina untuk membantu mengupayakan pengembalian Umi Saodah ke Tanah Air. Menurut Bulan Sabit, Hamas membolehkan tenaga kerja Indonesia itu pulang seandainya tidak ada lagi tuntutan dari sang majikan.

Menurut informasi, majikan Umi telah memberikan isyarat tidak akan menuntut kembali TKW itu. Seandainya itu terjadi, Umi tinggal dipulangkan ke Tanah Air. Namun, yang menjadi masalah saat ini adalah cara membawa Umi dari Gaza ke perbatasan. Tentunya pemulangan dengan melihat situasi yang dianggap tidak berbahaya dari serangan Israel.

Sejak Agustus silam, Umi dipenjara di wilayah Gaza, di bawah kontrol Hamas. Ia terkena tuntutan karena melakukan tindakan kriminal terhadap majikannya. Karena saat ini Gaza tengah dibombardir oleh Israel, Umi dipindahkan dan menurut Hamas berada di tempat aman tidak terjangkau serangan Israel [baca: Keluarga Umi Saodah Datangi Deplu].

Kemarin digelar pertemuan antara Hamas dan Mesir yang dipimpin Menteri Luar Negeri Mesir, Ahmed Abul Gheit, di Kairo. Dalam pertemuan itu, Hamas mengisyaratkan menyetujui gencatan senjata selama 10 hari, namun dengan dua syarat. Pertama, Israel menghentikan gempuran ke Gaza. Kedua, negara zionis tersebut membuka perbatasan seluas-luasnya tanpa syarat.

Sementara hari ini, delegasi Israel akan berkunjung ke Kairo. Dalam kesempatan itu, Abdul Gheit akan menyampaikan keinginan Hamas untuk melaksanakan gencatan senjata. Namun masih belum diketahui reaksi Israel, mengajukan syarat atau tidak.

Dari medan pertempuran dilaporkan, dua serangan udara Israel di kawasan utara dan selatan Kota Gaza merenggut nyawa tujuh lagi warga Palestina dini hari tadi. Kemarin, Israel mengklaim telah menyerang 60 target milik Hamas termasuk kawasan pemakaman yang ramai. Menurut militer Israel, serangan ditujukan menghancurkan gudang senjata yang tersembunyi di dekat pemakaman.

Memasuki hari ke-20 agresi Israel ke Gaza, jumlah warga Palestina yang tewas mencapai lebih dari 1.000 orang. Setengah di antaranya adalah warga sipil dan anak-anak.

0 Comments:

Post a Comment