Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menghubungi pasukan perdamaian PBB asal Indonesia yang sedang bertugas di perbatasan Lebanon-Israel. Ini dilakukan karena situasi di kawasan itu memanas menyusul serangan tiga roket yang diluncurkan dari wilayah Lebanon ke Israel, Kamis (8/1) pagi.
Presiden mengingatkan pasukan Indonesia untuk tetap tenang dan bertugas sesuai fungsi sebagai pasukan penjaga perdamaian. Namun tetap bersiap dengan rencana lain bila ternyata situasi berkembang menjadi tidak terkontrol. Presiden pun meminta adanya laporan terkini selanjutnya terkait rencana pemanggilan Duta Besar Indonesia oleh Presiden Lebanon. Letnan Kolonel Infanteri R. Haryono, komandan kontingen Garuda XXIII C, melalui sambungan telepon langsung melaporkan situasi terkini di perbatasan Israel dan Lebanon kepada Presiden.
Serangan roket ke Nahariya, Israel Utara, pagi tadi, menimbulkan lubang di atap rumah penduduk. Menurut polisi Israel, roket datang bukan dari kawasan Palestina melainkan dari sebelah utara perbatasan. Pemerintah Lebanon mengkonfirmasi, tiga roket jenis katyusha diluncurkan kelompok militan Lebanon yang belum diketahui identitasnya dari Desa Naqura di pesisir utara Lebanon.
Tidak ada korban jiwa, hanya dua warga sipil mengalami luka ringan. Sejauh ini belum ada pihak yang menyatakan bertanggung jawab atas serangan roket itu. Kelompok Hizbullah di Lebanon belum berkomentar.
Hanya dalam hitungan jam, Israel kemudian membalas dengan enam tembakan mortir ke arah Lebanon. Tidak ada korban dalam serangan balasan Israel. Serangan roket dari Lebanon ini menimbulkan kekhawatiran pertempuran Israel melawan kelompok Hizbullah yang terjadi selama 34 hari pada 2006 akan kembali terulang.
Ketika itu Lebanon dan Israel terlibat konflik. Israel yang sedang menggempur Jalur Gaza tiba-tiba kelompok Hizbullah Lebanon menculik pasukan Israel di perbatasan. Israel lalu menyerang Lebanon dan terlibat pertempuran dengan Hizbullah hingga keluar resolusi PBB.