JAKARTA - Meskipun rupiah mengalami pelemahan di awal pekan, namun pada perdagangan hari ini mata uang Indonesia tersebut masih berpotensi mengalami penguatan.
"Secara umum, rupiah masih berpotensi ke arah menguat lagi," ujar Kepala Ekonom BNI Tony Prasetyantono, saat dihubungi okezone di Jakarta, Selasa (31/3/2009).
Dengan demikian, ia meramalkan rupiah masih memiliki peluang untuk kembali ke level Rp11.500 per dolar AS. "Jadi saya prediksikan ke depannya masih bisa kembali ke level Rp11.400 atau Rp11.500 per USD," katanya.
Menurut Tony, sebenarnya sudah tidak sentimen yang dapat membuat rupiah mengalami pelemahan secara fundamental. Pelemahan rupiah yang terjadi, lanjutnya adalah profit taking.
"Sebenarnya tidak ada sentimen yang berarti. Saya menduga rally pekan lalu memang sudah besar, dari Rp12.00 per USD menjadi Rp11.400 per USD, sehingga hal ini mudah terkoreksi lagi. Jadi saya rasa hal yang awajar jika terjadi koreksi. Sebagian pelaku ada yang melakukan profit taking," jelasnya.
Sekadar informasi, nilai tukar rupiah pada perdagangan Senin (30/3/2009) ditutup melemah ke posisi Rp11.590 per USD, dibanding perdagangan akhir pekan lalu di posisi Rp11.400 per USD.
Seperti diketahui, pelemahan rupiah kemarin disebabkan, dolar Amerika menguat sejak perdagangan Jumat, 27 Maret 2009. Bahkan, mencatat kenaikan harian terbesar atas euro dalam lebih dari dua bulan. Ini dipicu oleh berkembangnya prospek bahwa European Central Bank (ECB) berkemungkinan akan mulai membeli bond guna menstimulir pertumbuhan ekonomi.
Lemahnya saham-saham AS juga mendorong permintaan atas dolar sebagai safe-haven currency dibandingkan dengan mata uang zona euro.
Sementara euro berlanjut tertekan menyusul komentar dari Menteri Keuangan Jerman Peer Steinbrueck, yang mengatakan bahwa ketidaktaatan dalam membayar pajak di Eropa akan menempatkan euro pada posisi yang berisiko.