Peristiwa ini juga bersamaan dengan meningkatnya kejahatan Zionis terhadap al-Quds melalui proyek yahudisasinya, untuk menghancurkan masjid Al-Aqsha, mengusir penduduknya dari tanah jajahan 48 dan memperluas wilayah permukiman Israel di Tepi Barat.
Dalam penjelasannya yang dilansir infopalestina Senin (30/3) Hamas menegaskan, peringatan hari Bumi ini mengungkap klaim-klaim dusta Zionis dan menelanjangi siasat agresor terhadap rakyat Palestina di Al-Quds ataupun di Gaza. Wilayah Palestina jajahan 48 merupakan bukti nyata, betapa slogan tentang persamaan dan keadilan bagi rakyat adalah kedustaan semata. Hingga saat ini, rakyat Palestina masih menderita perlakuan keras dan diskriminasi, disamping pengusiran dan pelarangan atas hak-haknya. Penyerangan Zionis Israel terhadap Ummu Fakhm menunjukan tabiat dan klaim dustanya Zionis.
Dalam kaitan hari Bumi ke 33 ini, gerakan Hamas meminta rakyat Palestina memperingati hari ini dengan berpegang teguh terhadap prinsif nasional dan hak-hak legal serta tidak mau melepaskan tanah milik mereka di Al-Quds. Rakyat Palestina siap berkorban jiwa dan raganya demi kembalinya tanah Palestina serta pendirian negara Palestina yang merdeka dengan ibu kotanya Al-Quds.
Rancangan dan siasat Zionis di kota Al-Quds dan Masjid Al-Aqsha adalah salah satu upaya mereka untuk menghapuskan satu generasi pemilik al-Quds. Padahal Palestina adalah milik ummat Islam dan merupakan waqaf Islam yang tidak boleh diserahkan oleh siapa saja kepada siapa saja.
Hamas menyerukan masyarakat internasional melakukan tanggung jawabnya secara moral maupun kemanusiaan, untuk menghentikan kejahatan Zionis yang bersifat teroris dan rasialis. Hamas meminta semua bentuk kejahatan terhadap rakyat Palestina segera dihentikan. Ia minta masyarakat dunia agar berbuat adil dan seimbang serta bertanggung jawab, jauh dari sifat memaksakan kehendaknya sendiri dengan menerapkan standar ganda atas Palestina, ditengah krisis Zionis yang terlihat semua orang saat ini.
Hamas menegaskan sikapnya bersama rakyat yang menuntut penghentian semua bentuk perundingan dan kerja sama keamanan dengan Zionis. Tindakan itu justru akan menghancurkan masa depan Palestina. Ia justru minta pilihan perlawanan harus dibangun sebagai setrategi untuk mengembalikan hak-hak Palestina yang terampas.